Jumat, 29 April 2011

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PEMBAHARUAN Oleh: Muhammad Ali Ridho, S.Pd.I.

BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah umat Islam oleh para tokoh sejarah dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
1.      Periode klasik, dari tahun 650 – 1250 M.
2.      Periode pertengahan, dari tahun 1250 – 1800 M.
3.      Periode modern, mulai dari tahun 1800 M[1] hingga sesudahnya.
Pada masa klasik, kejayaan Islam mencapai puncaknya. Islam menjadi adikuasa dengan menguasai sebelah Barat sampai ke Spanyol dan Perancis melalui Afrika Utara. Sebelah Selatan sampai ke Sudan dan Ethiopia. Sebelah Timur sampai ke India melalui Persia. Dan sebelah Utara sampai ke Kaukasia dan Pegunungan Ural di Rusia.[2]
Pada masa pertengahan, tampaklah tanda-tanda kemunduran Islam yaitu dengan ditandainya kehancuran Baghdad oleh Hulaghu Khan pada tahun 1258 M. Ajaran bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima dengan baik oleh generasi Islam, hingga tinggal mempelajari dan mengajarkan yang telah ada saya. Disinilah kemudian budaya taqlid generasi Islam tumbuh berkembang dengan subur yang menyebabkan terjadinya stagnasi pemikiran para generasi Islam masa itu.
Tanda-tanda kemunduran Islam pada masa pertengahan ini diperparah oleh geliat orang-orang Barat yang ingin memperluas wilayah dengan jalan melakukan berbagai ekspedisi. Seperti paha tahun 1492 Columbus menemukan benua Amerika dan terbuka akses ke Timur Jauh melalui Tanjung Pengharapan yang ditemukan oleh Vasco da Gama.
Islam mencapai puncak kemundurannya ketika kerajaan Turki usmani di kalahkan oleh Eropa, kerajaan safawi dikalahkan oleh suku-suku Afghan dan  kerajaan Mughal di India wilayahnya semakin sempit akibat banyak diperebutkan oleh berbagai suku di India. Ketiga kerajaan tersebut itulah yang menjadi kekuatan Islam pada saat itu, yakni dalam kisaran waktu tahun 1500 – 1800 M. Sehingga ketika ketiganya telah dikalahkan maka yang terjadi peradaban Islam pada saat itu mengalami keruntuhan pula. Terlebih lagi bangsa Eropa yang disemangati oleh Revolusi Industri di Inggris menempatkan ditangannya yang agresif “senjata-senjata” mesin Eropa.
Pada periode modern, masa ini merupakan zaman kebangkitan Islam dari “keterpurukan” peradaban masa lalunya. Akibat dari berakhirnya ekspansi Napoleon di Mesir pada tahun 1801 M telah membuka mata umat Islam, terlebih-lebih lagi Mesir dan Turki. Dari hal ini, timbullah pikiran dari umat Islam hendak meniru kemajuan Barat. Bila pada masa klasik, umat Islam ditiru oleh Barat, maka pada periode modern sebaliknya Islam yang meniru Barat.
Ditengah keterpurukan dunia Islam inilah, muncul para tokoh-tokoh pembaharu Islam dari berbagai wilayah dan multi dimensi, mulai dari sosial, politik, pendidikan dan lain sebagainya yang mengarah pada orientasi untuk membangkitkan kembali peradaban Islam yang pernah berjaya.
Tulisan ini akan mencoba memfokuskan pada gerakan pembaharuan Islam dalam bidang pendidikan yang terjadi di wilayah Turki, India dan Pakistan. Sehingga dapat dilihat sisi historisitas peradaban Islam pada masa itu dengan adanya gerakan-gerakan pembaharuan yang terjadi.


BAB II

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PEMBAHARUAN


A.     Latar Belakang Sosial Politik Pembaharuan Pendidikan Islam

Seiring dengan sejarah panjang pergulatan perkembangan umat manusia, termasuk di dalamnya dunia Islam membawa kepada terjadinya dinamisasi superioritas atas penguasaan, baik ideologi, sosial, politik dan lain sebagainya oleh dominasi golongan umat tertentu.
Pergulatan peradaban antara Islam dan Barat khususnya, membawa dampak yang sangat berpengaruh pada terjadinya perkembangan pola pikir umat manusia pada berbagai kemajuan di segala bidang, meskipun secara ideologis terjadi “peperangan” ternyata khasanah ilmu pengetahuan justru berkembang pesat, hanya saja klaim atas “kepemilikan” ilmu itu sendiri diperebutkan. Dan salah satu bukti akan hal itu adalah selalu munculnya gerakan-gerakan pembaharuan yang ingin mengembalikan superioritasnya masing-masing, tatkala tanda-tanda keterpurukannya mulai tampak.
Berbicara tentang pembaharuan pendidikan Islam, pada esensinya adalah pembaharuan pemikiran dalam perspektif intelektual muslim, dan apabila berbicara mengenai pembaharuan pemikiran Islam itu sendiri, tentu saja sangat berkaitan dengan masalah pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana paling penting. Bukan saja sebagai wahan “konservasi” dalam arti tempat pemeliharaan, pelestarian, penanaman dan pewarisan nilai-nilai dantradisi suatu masyarakat, tetapi juga sebagai “kreasi” yang dapat menciptakan, mengembangkan dan mentransformasikan masyarakat ke arah budaya baru.
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam dan juga memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan bangsa Eropa, maka pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam mengacu pada:
1.   Pola pembaharuan Pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa.
2.   Yang berorientasi  dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam.
3.   Yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan bersifat nasionalis.
4.   Yang berorientasi pada pendidikan Barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan kepentingan nasional.[3]
Setelah berabad-abad kaum muslimin di dunia Islam kehilangan daya dan diinjak oleh kaum imperialis Barat, barulah mereka sadar dengan keterbelakangan dan ketertinggalan peradabannya, mereka mulai insaf dengan kelemahannya selama ini. Ketika itu bangkitlah beberapa pemikir dan pemimpin di kalngan umat Islam yang menyorakkan kembali terbukanya pintu ijtihad, perlunya Pan Islamisme, kesadaran beragama dan berbangsa, sampai pada perlunya Filsafat dipelajari. Kesadaran yang muncul di kalangan umat Islam ini, kemudian diwujudkan secara praktis dengan dihidupkannya kegiatan intelektual melalui penggalakan kegiatan berpikir di universitas-universitas Islam, seperti Universitas al-Azhar di Mesir, Universitas Aligarrh di Pakistan, dan lainnya. Kesadaran ini merupakan awal dari era baru pemikiran Islam.
Dengan berbagai lintasan dan peristiwa sejarah dunia Islam, sebenarnya hal paling pokok  yang yang melatar belakangi terjadinya berbagai gerakan pembaharuan Islam adalah lahir dari fenomena kemunduran dunia Islam itu sendiri dan berpindahnya adikuasa peradaban umat manusia ke tangan Barat, akibat pergolakan sosial politik yang terjadi.

B.    Pembaharuan Pendidikan Islam di Turki

Pembaharuan Islam di Turki, pada mulanya merupakan pergolakan politik yang melibatkan para pembaharu (kaum modernis) yang menghendaki adanya adopsi pola Eropa yang dipandang telah maju dan pihak penguasa di sisi lain yang tidak menghendaki adannya pengaruh kekuatan kristen eropa atas kaum muslimin yang dipelopori oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni, yang terjadi pada abad ketujuh belas. Namun pada abad kedelapan belas dan terutama abad kesembilan belas, kelompok modernis muncul dengan terang-terangan dan akhirnya muncul sebagai pemenang.
Sultan Salim III (1789 – 1807 M) memperkenalkan program pembaharuan yang pertama, dikenal dengan nama Nizam-I Jedid. Rencana pembaharuan ini meliputi pembentukan korp militer baru, perluasan sistem perpajakan dan pelatihan untuk mendidik para kader bagi rezim baru. Namun rencana ini ternyata tidak didukung oleh para ulama dan kelompok militer Yennisseri, yang akhirnya ia sendiri menjadi korban dan digulingkan. Meskipun demikian, program pembaharuan tersebut dilaksanakan pada periode Sultan Mahmud II (1808 –1803 M) setelah berhasil menghancurkan kelompok militer Yennisseri.
Pada masa Sultan Mahmud II ini, pembaharuan dipusatkan pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal tersebut difakuskan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan. Sistem militer yang diterapkannya adalah kekuatan muliter model Eropa. Pembaharuan di bidang militer ini kemudikan dilanjutkan dengan mendirikan sekolah militer (1830), Akademi Militer (1840) dan juga pengiriman pelajar-pelajar ke Eropa untuk belajar kemiliteran.
Selanjutnya Sultan Mahmud II mengadakan perbaikan di bidang pendidikan yang didorong untuk memenuhi kebutuhan pendidikan untuk para pejabat militer dan dokter militer. Untuk mendukung upaya ini maka pada tahun 1827 didirikan Sekolah kedokteran Tibbane-I Amire dan sekolah teknik Mubendisane di Istanbul untuk mendidik dokter-dokter militer. Kemudia diikuti dengan pendirian sekolah-sekolah lainya, yaitu; Sekolah musik Muzika-I Humayun Maktabi dan Akademi Militer Kerajaan Mektab-I Ulum-Harbiye (1834), dan sekolah-sekolah ilmu pengetahuan umu seperti Mektebi Ma`arif, Mekteb-I Ulum-I Edebiye, dan lainnya.
Pembaharuan penting yang dilakukan Sultan Mahmud II dan kemudian mempunya pengaruh yang besar pada perkembangan pembaharuan di kerajaan Turki Usmani adalah perubahan di bidang pendidikan. Madrasah tradisional yang sebelumnya hanya mengajarkan ilmu agama saja, kurikulumnya diperbaharui dengan memasukkan sains dan teknologi modern.
Usaha pembaharuan pendidikan di Turki ini kemudian dilanjutkan pada masa Tanzimat, dengan para pemukanya seperti Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami dan Mehmed Sadik Rifat Pasya. Hal menarik dari pembaharuan di bawah kepemimpinan Tanzimat adalah dipersandingkannya siswa muslim dan non-muslim yang merupakan hal baru bagi rakyat Turki saat itu.
Beberapa bentuk pembaharuan penting dalam bidang pendidikan di Turki  pada dasawarsa pertama abad ke-20 dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
1.  Pada tahu 1913 diundangkannya peraturan mengenai pendidikan dasar yang bberupa pengenalan terhadap pendidikan modern.
2.  Antara tahun 1913 – 1919 dilakukan pengorganisasian terhadap pendidikan anak perempuan.
3.  Pada tahun 1924 dikeluarkannya undang-undang penyatuan pendidikan, maka seluruh sekolah agama/Madrasah, baik yang dikelola Kementrian wakaf atau yayasan wakaf swasta ditutup. Dalam sistem penyatuan ini bukanlah melakukan interaksi atau sintesis dualisme sistem pendidikan tradisional dan modern, tetapi menghilangkan salah satu pihak, dalam hal ini pendidikan tradisional. Tokoh di balik kebijakan ini adalah Mustafa Kemal at-Taturk dan Ismed Inonu.

C.    Pembaharuan Pendidikan Islam di India

Berbeda dengan Turki, pendidikan yang dikembangkan oleh pemuka gerakan Mujahidin adalah untuk pemurnian Tauhid yang dianut umat Islam India dari paham-paham salah yang dibawa tarikat dan keyakinan animisme lama. Untuk itu Maulana Muhammad Qasim Nanau Tawi mendirikan sebuah madrasah di Deoband pada tahun 1867 yang selanjutnya ditingkatkan menjadi perguruan tinggi agama Islam Darul Ulum Deoband.[4]
Kurikulum madrasah Deoband merupakan gabungan studi ilmu-ilmu Islam dengan sejumlah pelajaran rasional seperti logika, filsafat dan sains. Deoband mencerminkan keseimbangan antara program inovatif dan responsif terhadap perkembangan zaman baru dan kesetiaan terhadap gagasan-gagasan muslim tradisional. Beberapa ciri sekolah Deoband sebagai sebuah institusi fisik dengan sebuah bangunan yang khas dan perpustakaan pusat, staf dan pegawai profesional yang tetap, kurikulum pelajaran yang berjenjang, sistem ujian dan penghargaan masyarakat umum.[5]
Selanjutnya Sir Sayyid Ahmad Khan memberikan perhatian terhadap pendidikan ala barat. Pada tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammadean Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarrh. Perguruan ini berusaha memadukan studi keislaman dan bahasa Inggris, maka bahasa yang dipakainya bahasa Inggris, begitupun guru dan staffnya banyak dari kalangan Inggris. Dan sistem MAOC ini terus dikembangkan oleh generasi setelah Sir Sayyid Ahmad Khan, yakni Nawab Muhsin al-Mulk meskipun pada masa Vigar al-Mulk terjadi pertentangan dengan pihak Inggris, namun pola pendidikan MAOC masih tetap terus berlanjut.

D.    Pendidikan Islam di Pakistan

Pakistan adalah Republik Islam, yang lahir sebagai dominon yang berpemerintahan terpisah dari india. Ideologi nasionalnya adalah nasionalisme muslim bukan sekuler.[6] Untuk itu negara berupaya keras untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran yang bersumberkan pada al-Qur`an dan as-Sunnah dalam kehidupan modern dalam berbagai aspeknya.
Dalam soal pendidikan, ditekankan bahwa pendidikan di Pakistan harus berdasarkan dan bertujuan untuk merealisasikan cita-cita pendidika republik Pakistan. Untuk itu, sistem pendidikan yang dikembangkan harus dijiwai oleh semangat Islam yang menekankan pada ukhuwah Islamiyah, keadilan sosial dan toleransi. Atas dasar itu, maka kebijaksanaan pendidikan di Pakistan menetapkan bahwa pendidikan agama diwajibkan untuk semua pelajar muslim di semua tingkat sistem pendidikan, menciptakan sistem pendidikan nasional yang terpadu yang menjembatani dua sistem/aliran yang telah lama berjalan, yaitu aliran tradisional/keagamaan dan aliran modern/ilmiah, dan juga diadakannya pemisahan pendidikan untuk putra dan putri.[7]


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.      Hal mendasar yang yang melatar belakangi terjadinya berbagai gerakan pembaharuan Islam adalah lahir dari fenomena kemunduran dunia Islam itu sendiri dan berpindahnya adikuasa peradaban umat manusia ke tangan Barat, akibat pergolakan sosial politik yang terjadi. Sehingga menumbuhkan kesadaran para pemikir Islam untuk bangkit kembali menuju kejayaan Islam.
2.      Pembaharuan pendidikan Islam di Turki diawali dengan pergulatan pembaharuan bidang politik yang melibatkan pihak penentang pengaruh Eropa dan tokoh-tokoh modernis yang menghendaki mengadopsi pola Eropa, yang akhirnya terjadi penyatua sistem pendidikan, yakni sistem modern ala Barat dan dihapusnya sistem pendidikan tradisional, dengan istilah “penyatuan”.
3.      Pembaharuan pendidikan Islam di India diwujudkan dengan penggabungan sistem pendidikan tradisional dengan sistem modern, yakni adopsi Inggris. Namun memiliki kecenderungan ke sistem Baratnya.
4.      Pakistan menciptakan sistem pendidikan nasional yang terpadu yang menjembatani dua sistem/aliran yang telah lama berjalan, yaitu aliran tradisional/keagamaan dan aliran modern/ilmiah, yang wajib mengacu pada nilai-nilai Islami.


DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, Islam Ditinjau dariBerbagai Aspeknya, Jilid. I, Jakarta: UI Press, 1978.

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999.

Jhon L. esposito dan Jhon O Vall, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: Mizan, 1999.

Stoddard, Dunia Baru Islam, Jakarta: Panitia Penerbit, 1966.

Tadjab, Perbandingan Pendidikan, Surabaya: Karya Abadi utama, 1999.

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.


[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau dariBerbagai Aspeknya, Jilid. I, Jakarta: UI Press, 1978, hal. 56.
[2] Stoddard, Dunia Baru Islam, Jakarta: Panitia Penerbit, 1966, hal. 11.
[3] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, hal. 117.
[4] Harun Nasution, Op.Cit, hal. 163.
[5] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999, hal. 273 – 274.
[6] Jhon L. esposito dan Jhon O Vall, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: Mizan, 1999, hal. 162.
[7] Tadjab, Perbandingan Pendidikan, Surabaya: Karya Abadi utama, 1999, hal. 131.